Kenakan Pakaian Terbagus

Kamis, 21 Jumadil Ula 1436 H
             12 Maret 2015 M

👔 Kenakan Pakaian Terbagus

Ibnu al-Qayyim mengatakan, “Adab (etika) adalah agama secara keseluruhan. Oleh kerena itu para ulama dahulu memerintahkan agar setiap orang memakai pakaian yang bagus di dalam shalat untuk berdiri di hadapan tuhannya. Dan aku pernah mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Allah memerintahkan sesuatu yang lebih dari sekedar menutup aurat di dalam shalat, yaitu memakai perhiasan (pakaian yang bagus).

👉 Allah azza wajalla berfirman,

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ 

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid.” (QS. Al-A’raf : 31)

Di sini Allah azza wajalla memerintahkan memakai pakaian yang bagus, bukan sekedar menutup aurat. Ini menunjukkan bahwa seseorang hendaknya memakai pakaiannya yang paling bagus ketika melaksanakan shalat.

(Madarijus Salikin, 2/384)

______________________

♻  WhatsApp@DakwahAlSofwa
  +62 81 3336333 82

Etika Indah nan Bercahaya Dari Tuntunan Islam

Etika Indah nan Bercahaya Dari Tuntunan Islam Untuk Bersikap Adil Dalam:
1. Pergaulan Suami-Istri
2. Dalam pergaulan dan persahabatan

Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah:

Penulis (maksudnya Imam Nawawi) rahimahullah menukilkan hadits dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

((لا يفرك مؤمن مؤمنة، إن كره منها خلقاً رضي منها خلقاً آخر))

“janganlah seorang mukmin itu membenci seorang mukminah, apabila ia tidak menyenangi darinya salah satu dari perilakunya, bisa jadi ia menyenangi perilakunya yang lainnya”.

Kata ‘Al-Farku’ (dalam hadits) adalah kebencian dan permusuhan, maksudnya janganlah seorang mukmin itu memusuhi seorang mukminah, semisal terhadap istrinya, janganlah ia memusuhinya dan membencinya apabila ia melihat darinya sesuatu yang ia tidak senangi dari perilakunya.

Demikian ini dikarenakan seseorang itu wajib untuk berbuat adil, dan wajib untuk memperlakukan orang-orang yang ia pergauli dengan perkara yang sepantasnya sesuai dengan keadaannya, dan keadilan itu adalah keseimbangan antara dua hal; antara kejelekan dan kebaikan, lalu ia perhatikan mana dari dual hal tersebut yang lebih banyak, dan mana yang lebih besar pengaruhnya, sehingga ia mengedepankan perkara yang lebih banyak dan lebih besar dampaknya, inilah keadilan.

Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” QS. Al Maidah: 8.
Maksudnya: janganlah kebencian kalian itu membuat kalian tidak berbuat adil, berbuat adil-lah walaupun kalian membencinya.

Misalnya, jika si istri berbuat jelek ketika menjawabmu pada satu kesempatan, akan tetapi ia telah berbuat kebaikan kepada dalam banyak kesempatan, ia berbuat jelek padamu di satu malam, akan tetapi ia berbuat baik padamu pada banyak malam-malam lainnya, ia berbuat jelek dalam memperlakukan anak-anak dalam satu kesempatan, akan tetapi ia telah berbuat baik di banyak kesempatan.

Demikianlah…

Maka, jika istrimu berbuat kesalahan padamu, jangalah serta merta engaku melihat kesalahan tersebut pada saat terjadinya, akan tetapi lihatlah di masa sebelumnya dan juga lihatlah di masa yang akan datang, hukumilah dengan adil.

Dan demikianlah, yang disebutkan Nabi shallallahu ‘alaih wa sallam terhadap seorang Istri.

Dan ini, juga berlaku dalam pergaulan dengan selainnya, berlaku antara dirimu dengan orang-orang dalam pergaulanmu atau dengan teman atau semisalnya, jika ada yang berbuat kesalahan atau kejelekan padamu di suatu hari dari sepanjang waktu, maka janganlah engkau serta merta melupakan kebaikannya kepadamu di kesempatan lainnya, gandengakanlah kebaikannya itu dengan keadaan tersebut…

Apabila, kebaikannya lebih mendominasi daripada kejelekannya, maka hukumilah dengan kebaikannya, jika ternyata kejelekannya lebih mendominasi daripada kebaikannya, maka perhatikanlah…

Jika ia memang pantas untuk diberikan ma’af, maka berilah ma’af;

مَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ

“ Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah”. QS. Asy-Syura: 40

Dan apabila ternyata ia tidaklah pantas diberikan ma’af, maka ambillah sikap sesuai dengan hak-mu, dan engkau tidaklah tercela dengan sikap tersebut, jika engkau menyikapinya sesuai dengan hak-mu, akan tetapi dengan tetap memperhatikan kemashlahatan (faktor positif dari sikap tersebut; penj.).

Kesimpulannya, seseorang itu seharusnyalah untuk mempergauli orang-orang yang ada disekitarnya dengan hubungan yang baik, dengan istrinya atau temannya…

Atau dalam mu’amalah jual-beli, dan selainnya…

Menerapkan keadilan, apabila tidak menyenangi darinya ada satu perilaku, atau kejelekan darinya dalam pergaulan, maka perhatikanlah sisi-sisi lainnya dari kebaikan, sehingga semua itu dikumpulan dan digandengkan…

Karena sesungguhnya inilah keadilah yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” QS. An-Nahl: 90.

[Selesai]

✏Diterjemah dengan sedikit meringkas.

📖Lihat: Syarh Riyādhuhs Shālihīn, Bab Washiyatu Bin Nisa’. Hadits No. 275.

Muhibbukum Fillah,
Al Faqīr Ilā Ridhwāni Rabbih
Hudzaifah bin Muhammad.
____________________

KISAH ISLAM LUKAS, PEMUDA DARI JERMAN

Oleh: Ustadz Fariq Gasim Anuz hafidzahullah

Berkenalan dengan Lukas

Selesai shalat maghrib dari masjid, saya dan teman-teman kembali ke
kantor Jeddah Dakwah Center. Tidak lama, masuklah ke ruang sekretariat
seorang pemuda berkulit putih dan berambut pirang. Dia memperkenalkan
diri dengan bahasa Arab yang fasih. Namanya Lukas Rothfuchs (24 tahun)
berasal dari Jerman. Baru dua hari sampai di Jeddah untuk kerja
praktek selama lima bulan di sebuah perusahaan di Jeddah. Lukas masih
kuliah mengambil jurusan ekonomi di Universitas Bremen, Jerman.

Di Jeddah, Lukas sementara tinggal di hotel dekat kantor kami selama
dua hari setelah itu akan pindah untuk tinggal di tempat yang
disediakan oleh perusahaan. Ia sedang jalan-jalan melihat-lihat
sekitar hotel lalu ia melihat kantor Islamic Center. Ia berpikir
mencari guru privat bagi dirinya untuk belajar tahfidz Al Quran. Ia
masuk dan menemui pengurus kantor. Setelah selesai berbincang dengan
pengurus kantor, saya meminta dia untuk menceritakan tentang kisah
keislamannya. Kejadian ini terjadi di hari Senin, 24 Dzul Qa’dah 1434
H / 30 September 2013 M.

Masyarakat di Eropa Barat Menjauhi Agama

Lukas menyambut tawaran saya dengan hangat, beliau bercerita,
“Kebanyakan masyarakat di Eropa Barat sekarang ini mereka tidak
memiliki agama, mungkin di ktp mereka beragama Kristen tapi mereka
tidak percaya dengan agama mereka bahkan tidak sedikit dari masyarakat
yang atheis termasuk ayah saya meskipun di ktp tertulis beragama
kristen. Sudah menjadi kebiasaan, kebanyakan para orang tua yang
memiliki anak memasuki usia tiga belas tahun menyuruh anak-anak mereka
ke gereja dan sekolah minggu. Mereka bernyanyi nyanyi dan belajar
agama mereka sepekan sekali selama dua tahun. Setelah selesai dua
tahun diadakan wisuda di gereja yang dihadiri oleh keluarga besar
mereka. Saat itu orang tua dan para kerabat memberi hadiah uang untuk
anak–anak mereka dan keponakan mereka. Setiap anak bisa mendapatkan
2000 sampai 3000 Euro (sekitar 30 juta sampai 45 juta Rupiah). Jumlah
yang sangat besar bagi anak-anak usia 13 sampai 15 tahun. Hampir 95 %
tujuan anak-anak belajar sekolah minggu adalah untuk mendapatkan uang
saat wisuda. Mereka belajar bukan karena cinta agama.

Agama di mata masyarakat di Eropa Barat tidak ada wibawa. Mereka ragu
dan tidak mempercayai agama mereka. Mereka juga mengetahui bagaimana
sikap gereja dahulu yang anti terhadap ilmu pengetahuan. Mereka tidak
mau didoktrin dengan sesuatu yang berlawanan dengan logika mereka.
Akhirnya masyarakat antipati terhadap semua agama dan menggeneralisir
bahwa semua agama adalah batil. Agama sumber perpecahan dan
perselisihan. Lebih-lebih terhadap Islam, digambarkan oleh mass media
bahwa Islam adalah agama yang radikal, orang muslim adalah pembunuh
dan teroris. Sebagian orientalis mereka mempelajari Islam tidak secara
keseluruhan. Atau jika mereka belajar secara keseluruhan maka mereka
tidak jujur. Mereka membawa ayat Al Quran secara sepotong-sepotong.
Mereka menyebutkan ayat-ayat jihad, bahwa Islam adalah agama kekerasan
yang memerintahkan untuk membunuh orang-orang kafir. Tapi mereka
menyembunyikan mengapa jihad disyariatkan? Kapan Jihad diperintahkan?
Siapa orang kafir yang diperintahkan untuk dibunuh dan siapa orang
kafir yang diharamkan untuk dibunuh?

Meskipun demikian sebagian masyarakat yang sering pergi ke luar negeri
khususnya ke negeri-negeri Islam meskipun untuk tujuan wisata dan
rekreasi, mereka melihat bahwa Islam adalah agama yang baik. Mereka
dapat membedakan antara Islam dan kesalahan oknum yang kebetulan
mereka sebagai muslim. Termasuk ayah saya dan keluarga saya, mereka
tidak antipati terhadap Islam.”

Mencari Agama yang Hak

“Saat usia saya tiga belas tahun, saya mulai berpikir dan bertanya
kepada diri sendiri, “Mengapa saya berada di dunia?” “Apa tujuan hidup
saya?” “Alam semesta dengan keteraturannya pasti memiliki pencipta.
Kalau ada penciptanya pastilah pencipta memerintahkan dan melarang
hamba-hambaNya dengan aturan-aturan agama”.

Saya teringat sekarang dengan firman Allah yang artinya,

“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan
siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat
bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu
dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan
di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan
yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh,
merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal”
(Surat Al Baqarah 164)

Mulailah saya mencari agama yang benar. Karena saya di lahirkan dari
keluarga Kristen Protestan maka saya memulai mempelajari agama saya.
Saya berangkat ikut sekolah minggu atas kesadaran saya sendiri. Saya
tidak mendapatkan ketenangan batin, saya tidak puas. Saya terkadang
mendebat pendeta karena ada hal-hal yang tidak bisa saya terima
seperti tentang trinitas dan lainnya. Pendeta tersebut mengatakan,
“sebenarnya Injil yang ada di tangan kita sudah tidak asli lagi. Isi
injil yang ada sekarang sekadar sebagai perumpamaan. Bahkan manusia
sendiri berasalnya dari kera bukan dari Adam seperti yang kita baca di
injil.” Pendeta mengajarkan dogma, meskipun anda tidak puas tapi anda
harus meyakininya. Bahkan saya dapatkan dari mereka sebenarnya di hati
mereka tidak meyakini kebenaran injil. Saya berpikir untuk apa saya
mempelajari agama sedangkan ulama nya saja mereka meragukan isi
kebenaran kitab suci mereka. Akhirnya saya berhenti sekolah minggu
meskipun belum selesai dua tahun.

Mulai saya mempelajari agama Hindu, Budha tapi tidak logis dan tidak
bisa diterima akal saya. Saya pelajari agama yahudi ternyata agama
yahudi agama rasis. Mereka mengaku bangsa pilihan Tuhan. Sedangkan
manusia yang lahir bukan dari orang Yahudi maka tidak ada kesempatan
untuk masuk surga, semuanya di neraka. Jelas ini agama yang batil.

Saat usia saya 14 tahun saya banyak mempelajari tentang Islam dari
buku-buku dan internet. Ayah saya senang dengan sejarah dan sering
mengajak saya melihat masjid-masjid yang megah ketika sedang berlibur
ke Turki. Hati saya merasa tentram ketika melihat masjid atau ketika
memasukinya. Permadani yang terhampar di Masjid, cahaya matahari yang
masuk ke dalam masjid membuat saya mencintai masjid.

Di Jerman, saya juga mempunyai teman seorang muslim, saya kenal baik
dengan keluarganya. Mereka memiliki akhlak mulia seperti kedermawanan,
memuliakan tamu yang tidak kami jumpai di masyarakat asli Jerman.
Teman saya dan keluarganya meskipun mereka muslim tapi mereka belum
konsisten dalam keislamannya. Seperti ibunya tidak mengenakan jilbab.
Saya tidak bermaksud merendahkan mereka, saya pun masih banyak
kekurangan saya. Maksud saya meskipun kita memiliki kekurangan dalam
keislaman, tidak menghalangi kita untuk mendakwahkan Islam sesuai
dengan kemampuan kita masing-masing, khususnya dengan akhlak mulia.
Contoh teman saya ini, dengan sebab akhlaknya yang mulia saya semakin
cinta kepada Islam. Bisa jadi melalui muamalah yang baik kepada
seseorang jauh lebih berkesan dibanding 100 buku yang kita baca atau
100 ceramah yang kita dengar.”

Proses Lukas Masuk Islam

Saya cinta dan kagum kepada Islam karena Islam agama yang sederhana
dan mudah dipahami oleh semua manusia. Petani yang awam dan professor
Doktor di Universitas meskipun tingkat kecerdasan mereka berbeda,
semuanya bisa menerima dan memahami Islam dengan mudah. Islam adalah
agama fitrah mengajarkan tauhid penghambaan kepada Allah semata dan
tidak menyekutukan Nya dengan sesuatu apapun. Betapa nikmatnya ketika
kita bisa menempelkan dahi kita ke bumi untuk sujud kepada Allah.
Islam adalah agama yang sempurna mencakup semua aspek kehidupan. Islam
agama yang mengatur program kehidupan sehari-hari. Sampai sampai
masalah makan dengan tangan kanan, berpakaian, adab masuk wc dan
lain-lain diatur oleh Islam. Hal ini tidak akan kita dapatkan di agama
lain.

Saya mulai meninggalkan makan babi dan minum minuman keras. Saya pun
mulai belajar shalat dari internet karena di tempat kami tinggal di
Walsrode belum ada masjid satu pun. Adapun di tempat saya kuliah di
kota Bremen ada sekitar 30 masjid. Saya melakukan shalat sekali
sepekan kemudian bertahap sekali sehari begitu pula jika datang bulan
Ramadhan saya mulai puasa beberapa hari. Sampai usia saya 16 tahun
saya mantap untuk masuk Islam dan berusaha menjalankan Islam dengan
konsisten termasuk shalat lima waktu dan puasa sebulan penuh di bulan
Ramadhan tidak pernah saya tinggalkan.

Dari mulai saya mencari agama yang hak sampai saya memeluk Islam butuh
waktu tiga tahun. Dalam kesempatan ini saya berpesan kepada para dai
agar dalam dakwah mereka kepada non muslim janganlah dengan cara
setengah memaksa. Ada sebagian dai ketika bertemu dengan non muslim
yang sedang mencari kebenaran, mereka meminta dia buru-buru masuk
Islam. “Kalau anda tidak segera masuk Islam, anda mati maka anda akan
masuk neraka selama-lamanya”. Orang non muslim tadi mungkin akan
mengucapkan dua kalimat syahadat di depan da’i tersebut tapi bukan
karena ikhlas dan ridha serta yakin. Dia masuk Islam nya setengah
terpaksa, akhirnya dengan mudahnya dia akan murtad lagi ketika dia
mendapatkan masalah atau musibah dalam hidupnya. Allah berfirman yang
artinya, “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam)…” (Surat Al
Baqarah 256)”

Penyusun menjadi teringat dengan dakwah Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam kepada tawanan yang berada di dalam masjid yaitu Tsumamah bin
Utsal. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memperlakukan tawanan
dengan baik bahkan sampai melepaskannya. Dengan sebab keluhuran akhlak
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam akhirnya Tsumamah bin Utsal
mendapatkan hidayah Allah dan masuk Islam dengan kesadaran sendiri dan
tetap istiqamah sampai akhir hayatnya radhiallahu anhu. Semoga Allah
menetapkan hati kita agar istiqamah sampai akhir hayat, amin.

Jangan Jadikan Kami Sebagai Fitnah bagi Orang-Orang Kafir

Yang membuat penyusun kagum kepada Lukas diantaranya dia banyak hafal
ayat-ayat Al Quran dan membacanya dengan fasih -masya Allah-. Masih
dalam obrolan dengan Lukas, ia melanjutkan pembicaraannya:

” Allah berfirman yang artinya,

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi
orang-orang kafir. Dan ampunilah kami, ya Tuhan kami. Sesungguhnya
Engkau Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana” (Surat Al Mumtahanah 5)

Saya bukan orang yang pandai ilmu agama, tapi saya belajar dari ilmu
mereka. Yang saya ketahui dari ahli tafsir bahwa diantara maknanya
jangan sampai orang-orang kafir menguasai orang-orang yang beriman
sehingga mereka akan mengatakan jika agama mereka benar tentulah
mereka tidak akan kalah dari kami.”

Penyusun sempat mengecek dari beberapa kitab tafsir dan diantaranya
penjelasan Imam Ibnu Katsir tentang ayat ini,

“Mujahid dan Adh Dhahhak berkata, “Janganlah Engkau adzab kami lewat
tangan mereka dan janganlah Engkau adzab kami secara langsung dari Mu,
nanti mereka akan berkata, ‘Seandainya mereka di atas kebenaran tentu
mereka tidak akan mengalami musibah tersebut’ “. Qatadah berkata,
“Janganlah Engkau menangkan mereka atas kami yang menyebabkan mereka
terfitnah (menjadi takabur dan ujub) bahwa mereka menang dikarenakan
agama mereka dalam kebenaran”. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir
Ath Thabari. Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu Abbas, “Janganlah
Engkau kuasakan mereka atas kami yang menyebabkan mereka memfitnah
kami”. (Tafsir Ibnu Katsir).

Lukas melanjutkan pembicaraannya,

“Ayat ini menjadi pr bagi kita kaum muslimin untuk lebih unggul dalam
segala bidang dari orang-orang kafir. Hal ini membutuhkan kerja keras
dan kesungguhan dalam belajar dan beramal serta selalu berdoa meminta
taufik Allah. Juga tanggung jawab kaum muslimin agar mereka berakhlak
dengan akhlak mulia sesuai apa yang Allah bimbingkan dalam Al Quran
dan lewat lisan Rasululllah Shallallahu Alaihi Wasallam. Jika seorang
muslim berperilaku dan berakhlak buruk berarti dia telah merusak citra
Islam dan menjadi penyebab fitnah bagi orang kafir karena hal ini akan
menjadi penghalang bagi mereka untuk masuk Islam. Dan anda ikut
menanggung dosanya!”

Cita-Cita Lukas

Lukas bercita-cita ingin membuka sekolah Tahfidz Al Quran. Lukas
sekarang sudah menghafal 7 juz dan berusaha untuk menyempurnakan
sampai 30 juz. Dia berkeyakinan bahwa umat Islam akan bersatu dan
saling mencintai jika kaum muslimin mengamalkan Al Quran. Semoga Allah
mengabulkan dan meralisasikan cita-cita Lukas dan memberikan taufik
kepadanya dan kita semua, amin.

Pesan Lukas untuk Kaum Muslimin di Indonesia

Penyusun bertanya kepadanya apa pesan anda untuk kaum muslimin di Indonesia?

Lukas menjawab,

“Saya berpesan untuk kaum muslimin di Indonesia dan di seluruh dunia
agar mereka bersyukur kepada Allah yang telah mengaruniakan mereka
nikmat hidayah sejak mereka lahir. Hendaknya saudara-saudara kita kaum
muslimin bersyukur bahwa keluarga mereka juga muslim. Rasa syukur
kepada Allah ini harus direalisasikan dengan kesungguhan mempelajari
Islam, mempelajari Al Quran dan Assunnah dengan metodologi yang benar
yaitu memahami dan mempraktekkan Islam dengan pemahaman dan praktek
para sahabat radhiallhu anhum. Karena dengan mengikuti Ijma’
(kesepakatan) mereka berarti kita berjalan di jalan Allah sesuai
dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

Allah berfirman yang artinya, ” Dan barangsiapa menentang Rasul
(Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang
bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang
telah dilakukannya itu dan akan kami masukkan dia ke dalam neraka
jahannam, dan jahannam itu seburuk buruk tempat kembali ” (Surat An
Nisaa 115)

Mungkin kalian tidak merasakan betapa besarnya nikmat Islam karena
kalian dilahirkan sebagai muslim dan keluarga kalian muslimin. Coba
anda bayangkan! Seandainya ayah anda, ibu anda, anak anda, kakak dan
adik anda bukan muslim dan mereka mati dalam keadaan kafir! Anda tidak
bisa mendoakan mereka!, anda tidak bisa memohonkan ampun untuk
mereka!, anda tidak bisa mengucapkan doa, “Semoga Allah merahmati
mereka !”

Tersentak hati saya dan merinding badan saya mendengarkan ucapannya
yang keluar dari hati mengingat Lukas hanya sendiri di keluarganya
yang Islam.

Semoga Allah memberkahi Lukas, menetapkannya di atas Islam yang hak
sampai wafatnya dan menjadikannya cinta akan keimanan dan menghiasinya
di hatinya. Semoga Allah mengirimkan untuknya saudara-saudara se Islam
yang berakhlak mulia, membantunya dalam kebaikan dan ketaatan dan
membimbingnya dengan ilmu yang bermanfaat dan ilmu yang benar. Semoga
Allah memberikan hidayah untuk kedua orang tuanya, keluarganya dan
orang-orang terdekatnya kepada Islam, karuniakanlah mereka mengucapkan
dua kalimat syahadat sebelum mereka wafat. Semoga Allah menjadikan
Lukas sebagai sebab masyarakat di Jerman dan di Eropa masuk Islam.

Lukas melanjutkan pembicaraannya, “Hal lain yang ingin saya sampaikan
kepada kaum muslimin yang masih bermalas malasan untuk shalat lima
waktu. Kami di Jerman dengan masyarakat dan lingkungan yang tidak
mendukung keislaman, kami tidak mendengarkan adzan dikumandangkan,
sedikitnya jumlah masjid tapi kaum muslimin di sini khususnya mualaf
mereka rajin dan konsisten untuk shalat lima waktu di masjid.”

Semoga Allah menambahkan iman kita semua dengan membaca kisah Lukas ini, amin.

Lukas berpesan kepada para aktivis da’wah,

” Hendaknya para juru dakwah bersikap bijaksana dalam berdakwah.
Perbedaan mereka dalam metode berdakwah selama mereka sepakat dalam
prinsip-prinsip Islam tidak menjadikan mereka bermusuh-musuhan. Saya
tidak mengatakan untuk membiarkan kesalahan, kesalahan harus
diperbaiki dengan cara yang baik. Jangan sampai perselisihan diekspos
lewat internet, buku, kaset yang membuat orang-orang kafir yang sedang
mencari kebenaran menjadi ragu akan kebenaran Islam disebabkan
oknum-oknum umat Islam yang arogan dan tidak bijaksana. Bahkan terjadi
sebagian mualaf di negeri kami yang murtad kembali melihat
perselisihan yang terjadi diantara para dai dan ustadz!”.

Semoga Allah melembutkan hati kita semua dan mengumpulkan kita di atas
kebenaran dan petunjuk, amin.

Selesai mewawancara Lukas, saya segera menyusun tulisan ini. Empat
hari kemudian, saya bacakan lagi hasil tulisan saya di hadapan beliau
meminta persetujuannya untuk mempublikasikan hasil wawancara.
Alhamdulillah beliau setuju dan senang bisa bekerjasama dalam dakwah
dan bisa menyampaikan pesan-pesannya untuk kaum muslimin di Indonesia.
Lukas menyampaikan salam untuk kaum muslimin di Indonesia.

Terakhir, hendaknya kita merenungkan kisah Islam Lukas ini dan dapat
memetik faidah dan pelajaran yang sangat banyak sekali guna memotivasi
kita dalam belajar menuntut ilmu Islam dan ilmu-ilmu lainnya yang
memberikan manfaat untuk kemaslahatan umat Islam. Berusaha keras
mempraktekkan Islam dengan kaaffah (sempurna) dan meninggalkan
larangan-larangan agama agar kita mendapatkan ridha dan cinta dari
Allah Ta’ala. Semoga Allah menjadikan kita semua sebagai orang-orang
yang selalu bersyukur kepada Nya, menjadikan kita sebagai orang-orang
yang amanah dan menghiasi kita semua dengan keimanan yang benar dan
akhlak yang mulia, amin….

Jeddah, Jumat pukul 17.14 tanggal 28 Dzulqa’dah 1434 H / 4 Oktober 2013

Continue reading

MTDHK 31 | Jalan Keselamatan

Taushiyah ke 31, Rabu 14 Rabi’uts Tsani 1436 / 04 Februari 2015

Jalan Keselamatan..

Dari Uqbah bin Amir –Radhiallaahu ‘Anhu berkata: Aku bertanya, Ya Rasulullah apakah keselamatan itu?
Beliau –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Salam bersabda: “Peliharalah lidahmu.”
(HR.AtTirmidzi dll dengan sanad shahih).

Dari Sufyan bin Abdillah AtsTsaqafi –Radhiallaahu ‘Anhu berkata: Aku bertanya, Ya Rasulullah apakah yang paling Anda takutkan terhadap diri saya?
Beliau –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Salam bersabda: “Ini”, sambil memegang lidahnya.”
(HR.AtTirmidzi dll dengan sanad shahih).

Penjara Lisan..

Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu berkata: “Demi Allah yang tiada tuhan pantas di sembah selain Dia, tiadalah sesuatu yang lebih patut untuk di penjara lebih lama dari lidahku.”

Beliau juga berkata: “Wahai lidah, berkatalah yang baik kamu akan beruntung dan diamlah dari yang buruk kamu akan selamat, sebelum kamu menyesal.”

Jangan Dianggap Sepele..

Dari Abu Hurairah –Radhiallaahu ‘Anhu, bahwasanya beliau mendengar Rasulullah –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Salam bersabda:
“Sesungguhnya adakalanya seorang hamba berbicara dengan sebuah pembicaraan yang tidak jelas (ia anggap biasa), ternyata hal itu membuatnya tergelincir ke dalam api neraka lebih jauh dari jarak timur dan barat.”
(HR. Bukhari dan Muslim).

Diam Itu Emas..

Nasehat Para Ulama’ Rahimahumullah:

“Apabila Orang Yang Tidak Tahu Itu Diam, Maka Akan Sedikitlah Perbedaan”.

Hikmah:

Seseorang yang tidak mengetahui suatu permasalahan itu sepatutnya adalah diam dan tidak ikut-ikutan berbicara, karena hanya akan menimbulkan kesalahpahaman dan memperuncing permasalahan yang ada sehingga semakin menambah perbedaan dan bahkan perpecahan.

Akhukum Fillah
@AbdullahHadrami

🌍📚 WA MTDHK (Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khotimah) kota Malang 📚🌏

📌 Untuk bergabung WA MTDHK silahkan ketik kata “Gabung” dan kirim WA (bukan SMS) ke nomer +62 838 48104654 atau +62 838 48634832.

Silahkan disebarkan kiriman ini sebagaimana aslinya tanpa dirubah sedikitpun, semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah.. Jazakumulloh khoir.

BiAS – FA 11 | Adab-Adab Memberi Salam

Transkrip Audio Materi Halaqah 11
ustadz Firanda Andirja, MA HafidzohuLLah
===========================
Senin, 14 Rabi’ul Awwal 1436 H / 5 Januari 2015 M

📗 Kitabul Jaami’ | Bulughul Maaram
📖 Adab-Adab Memberi Salam

َوَعَنْ عَلِيٍّ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم ( يُجْزِئُ عَنْ اَلْجَمَاعَةِ إِذَا مَرُّوا أَنْ يُسَلِّمَ أَحَدُهُمْ, وَيُجْزِئُ عَنْ اَلْجَمَاعَةِ أَنْ يَرُدَّ أَحَدُهُمْ ) رَوَاهُ أَحْمَدُ, وَالْبَيْهَقِيُّ

Dari ‘Ali رضي اللّه عنه bahwa Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم bersabda: “Cukuplah bagi sekelompok orang berjalan untuk mengucapkan salam salah seorang di antara mereka dan cukuplah bagi sekelompok orang lainnya menjawab salam salah seorang di antara mereka.” Riwayat Ahmad dan Baihaqi.

————————

Alhamdulillaah washshalaatu wassalaamu ‘alaa Rasuulillah.
Ikhwan dan akhwat, Assalaamu’alaykum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Kita masuk pada halaqoh yang ke-11 dari Baabul Adab.

✒Hadits dari ‘Ali bin Abi Thalib رضي اللّه عنه, beliau berkata:

ٍقال رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم : “يُجْزِئُ عَنْ اَلْجَمَاعَةِ إِذَا مَرُّوا أَنْ يُسَلِّمَ أَحَدُهُمْ, وَيُجْزِئُ عَنْ اَلْجَمَاعَةِ أَنْ يَرُدَّ أَحَدُهُمْ “.

“Cukuplah jika ada sekelompok orang atau sebuah jama’ah jika melewati jama’ah yang lain, maka cukup salah seorang dari jama’ah yang lewat tersebut satu orang memberi salam sudah cukup.
Dan sebaliknya, demikian juga jama’ah yang disalami maka cukup satu orang bagi mereka untuk membalas salam tersebut.”
(Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan AlBaihaqi).

Para ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى, hadits ini sanadnya lemah karena dalam sanadnya ada seorang rawi yang bernama Sa’id bin Khalid Al-Khuza’i AlMadani. Dan dia adalah perawi yang dha’if.

Al-Imam AlBukhari menyatakan fiihi nazhar. Demikian juga Abu Hatim dan Abu Zur’ah mengatakan dha’iiful hadits (haditsnya lemah). Kemudian juga Daruquthni mengatakan laysa bilqowiy (orangnya tidaklah kuat).
Oleh karenanya, secara sanadnya hadits ini adalah lemah. Akan tetapi Syaikh Albani رحمه اللّه menyebutkan syawahid yang menguatkan hadits ini (yang dimaksud dengan syawahid adalah hadits-hadits yang maknanya sama tetapi diriwayatkan dari shahabat-shahabat yang lain). Dan syawahid tersebut seluruhnya sanadnya juga lemah.

🔊 Oleh karenanya Syaikh Albani mengatakan:

لعل الحديث بهذه الطروق يتوقف فيسير حسنا

Kata beliau: Mungkin dengan banyaknya jalan-jalan yang lain daripada hadits ini maka hadits ini naik derajatnya menjadi hadits yang hasan.

Oleh karenanya hadits ini juga dihasankan oleh Syaikh Albassam dalam kitabnya Tauhidul Ahkam.

Intinya, hadits ini wallaahu a’lam, ada yang mendha’ifkan, ada yang menghasankan.

🌿 Hadits ini menjelaskan bahwasanya diantara adab yang berkaitan dengan memberi salam, jika ada sekelompok jama’ah yang melewati jama’ah yang lain maka cukup yang memberi salam satu karena hukumnya adalah fardhu kifayah.

اذا قام به البعض سقط عن الباقين

☝Kalau seorang sudah melakukannya, maka yang lain tidak perlu lagi wajib untuk mengucapkan salam.

Demikian juga dalam hal menjawab salam, jika ada seorang datang kemudian memberi salam kepada jama’ah: “Assalaamu’alaykum!”. Maka jama’ah tersebut tidak wajib seluruhnya untuk menjawab, tetapi satupun sudah cukup.

💬Akan tetapi kata para ulama mengatakan seandainya mereka menjawab seluruhnya maka ini lebih baik, lebih afdhal.

Demikian juga seandainya mereka jama’ah ini seluruhnya memberi salam dengan suara ramai-ramai “Assalaamu’alaykum!”. Maka ini juga lebih afdhal. Karena hadits أَفْشُوا السَّلامَ, Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم mengatakan: Tebarkanlah salam.

✅ Hadits ini umum, yang oleh karenanya siapa saja berhak untuk memberikan salam. Oleh karena nya jika jama’ah ramai-ramai memberi salam atau jama’ah ramai-ramai menjawab salam maka ini lebih afdhal, akan tetapi tidak wajib. Yang wajib cukup 1 yang memberi salam dan wajib 1 menjawab.

Ini diantara adab salam yang diajarkan oleh Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم dalam hadits ini.

Kemudian ada adab yang lain yang mungkin kita perlu sampaikan juga.

📖 Dalam Alqur’an Allah سبحانه وتعالى berfirman:

وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا

Jika kalian diberi salam dengan suatu salam maka jawablah dengan salam yang lebih baik atau yang semisalnya (AnNisaa 86)

💡Ini penting ya ikhwan dan akhawat, kalau kita bertemu dengan seorang saudara kita kemudian dia memberi salam: “Assalaamu’alaykum warahmatullaah wabarakaatuh “, maka hendaknya kita menjawab dengan jawaban yang sempurna, kita mengatakan “Wa’alaykumussalam warahmatullaahi wabarakaatuh”.

Kalau dia mengatakan “Assalaamu’alaykum ” kita bisa jawab “Assalaamu’alaykum” atau minimal kita tambah kita mengatakan “Assalaamu’alaykum warahmatullah”.

Jadi kita berusaha menjawab salam sebagaimana yang dia sampaikan atau lebih baik daripada apa yang dia sampaikan.

Demikian juga dalam secara lafal, demikian juga dalam hal misalnya saudara kita datang memberi salam kepada kita dengan wajah tersenyum, dengan memandang kita maka kita berusaha memandangnya dan kita juga berusaha senyum dengan dia karena sebagian orang mungkin karena ada keangkuhan dalam dirinya jika ada yang memberi salam kepada dia maka dia jawab dengan tanpa senyum. Atau dia menjawab tanpa melihat orang yang memberi salam kepada dia. Ini adalah keangkuhan, yaa ikhwan.

📖 Allah mengatakan:

فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا

Jawablah dengan lebih baik atau yang sama.

Kalau dia senyum, kita senyum. Kalau dia senyumnya berseri, kita berseri-seri. Harusnya demikian, ini adab yang diajarkan oleh Islam.

Oleh karenanya, seorang berusaha menebarkan salam, menjalankan sunnah Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم.

📖 Dalam hadits Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم menyatakan:
لا تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَوَلا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلامَ بَيْنَكُمْ

Kalian tidak akan masuk surga sampai beriman, dan kalian tidak akan beriman kecuali sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian tentang suatu amalan yang jika kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai? Maka tebarkanlah salam diantara kalian.

Maka jangan malas kita untuk memberi salam. Ketemu saudara kita, kita beri salam, kita kirim salam kepada saudara kita. Betapa keindahan yang masuk ke dalam hati seseorang tatkala dikatakan si fulan memberikan salam kepada engkau, kemudian kita mengatakan kirim salam balik kepada dia.

✨Ini semua dalam meningkatkan ukhuwah, maka jangan angkuh untuk memberi salam dan jangan angkuh juga untuk menjawab salam.

Wabillaahit taufiq, assalaamu’alaykum warahmatullaah wabarakaatuh.
__________
✏ Tim Materi Bimbingan Islam