RENUNGAN IMAM ASY-SYAUKANI RAHIMAHULLAH

Al-Imam Asy-Syaukaani rahimahullah (wafat 1250 H) berkata dalam sya’irnya :

فَكَّرْتُ فِي عِلْمِي وَفِي أَعْمَالِي …. وَنَظَرْتُ فِي قَوْلِي وَفِي أَفْعَالِي

Aku merenungkan tentang ilmuku dan amalanku…. Aku mengamati perkataanku dan perbuatanku…

فَوَجَدْتُ مَا أَخْشَاهُ مِنْهَا فَوْقَ مَا …. أَرْجُو فَطَاحَتْ عِنْدَ ذَا آمَالِي

Maka aku dapati apa yang aku takutkan darinya melebihi apa yang aku harapkan darinya…maka sirnalah saat itu harapan-harapanku…

وَرَجَعْتُ نَحْوَ الرَّحْمَةِ الْعُظْمَى إِلَى … مَا أَرْتَجِي مِنْ فَضْلِ ذِي الأَفْضَالِ

Akupun kembali menuju rahmat (kasih sayang) yang luas… kepada karunia yang aku harapkan dari Dzat pemilik segala karunia…

فَغَدَا الرَّجَا وَالْخَوْفُ يَعْتَلِجَانِ فِي … صَدْرِي وَهَذَا مُنْتَهَى أَحْوَالِي

Jadilah harapan dan ketakutan berseteru dalam dadaku…inilah kesudahan kondisiku

(Nailul Wathor min taroojumi rijaalil yaman fi al-qorni ats-tsaalits ‘asyar karya Muhammad Zabaaroh As-Shon’aani, 2/302)

Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah seorang ulama yang sangat terkenal penulis buku Nailul Authoor, menjelaskan bahwa setelah menimbang-nimbang ilmu, amalan, perkataan, dan perbuatannya maka beliau mendapati bahwa semuanya tidak bisa diandalkan. Apa yang beliau takutkan dari ilmu, amal, perkataan, dan perbuatan jika dihisab kelak lebih besar dari apa yang beliau harapkan…

Karenanya beliau hanya bisa mengharapkan kasih sayang yang luas dari Allah ta’aala agar merahmati beliau…

Jika Al-Imam Asy-Syaukani tidak ujub dan tidak bangga dengan ilmu dan amal beliau bagaimana lagi dengan sebagian kita yang pas-pasan?? Atau sudah jelas pailit, minus, dan defisitnya??

Hanya rahmat Allah yang luas yang bisa kita andalkan…

Ya Allah berilah taufiq kepada kami agar senantias bersyukur dan beramal sholeh…senantiasa takut kepada adzabMu dan senantiasa berharap akan rahmatMu…

✒ Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه الله تعالى

MENGHINDARI SIFAT SOK TAHU

★ Ilmu itu harus ada sebelum berkata dan berbuat. Bila beramal tanpa ilmu dapat membinasakan, maka berfatwa tanpa ilmu dapat menyesatkan. Adapun orang yang tidak berilmu namun menampakkan dirinya seolah-olah berilmu, dialah orang sombong yang sok pintar dan sok tahu. Kita berlindung kepada Allah azza wa jalla dari sifat buruk ini.

☆ Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zayd rahimahullah mengatakan: “Hati-hati! Jangan sampai jadi Abu Syibr (Abu Sejengkal). Sebagaimana telah dikatakan, ilmu itu terdiri dari tiga jengkal (tingkatan): siapa yang baru masuk pada jengkal pertama akan sombong, ketika naik ke jengkal kedua mulai tawadhu’ (rendah hati), dan siapa yang naik hingga jengkal ketiga ia tahu bahwa dirinya tidak tahu (karena begitu luasnya samudra ilmu).”

★ Saudaraku, beliau menasihati kita agar tidak istiqomah pada jengkal pertama, ilmu baru sedikit, namun sombongnya amit-amit. Ilmu belum ada, tapi ucapan dan fatwa membahana. Sehingga gelar yang pantas disandang oleh orang seperti ini adalah Abu Syibr alias Abu Sejengkal alias Si Bodoh yang Sombong.

☆ Fenomena sok tahu banyak permasalahan agama banyak menjangkiti para penuntut ilmu. Bahaya terburuk yang dihasilkannya ialah dapat menyeret kepada berkata tentang agama tanpa ilmu.

★ Syaikh Bakr Abu Zayd rahimahullah mengatakan: “Sesungguhnya sikap sok tahu merupakan tangga menuju berkata dalam agama tanpa ilmu.”

☆ Orang yang sok tahu melupakan ilmu dan tidak menjaganya, berusaha menjadi baligh padahal belum waktunya, ia menggunakan kebaikan untuk melakukan keburukan.

★ Ibnu Hajar al-‘Asqolani rahimahullah mengatakan: “Bila seseorang berkata tidak sesuai keilmuannya, niscaya ia akan membawa berbagai hal yang luar biasa nyelenehnya.”

☆ Di antara doa al-Hasan al-Basri rahimahullah dahulu adalah: “Ya Allah, aku mengeluhkan kepada-Mu buih kotor ini (yakni fenomena sok tahu).”

★ Semoga Allah menghindarkan kita dari penyakit buruk yang dapat menyeret kepada berkata tanpa ilmu ini. Ya Allah, bimbinglah kami untuk mendapatkan ilmu dan mudahkanlah kami untuk mengamalkannya. Aamiin.

[at-Ta’aalum & al-Hilyah, Bakr Abu Zaid]

✅ Bagian Indonesia
🏠 ICC DAMMAM KSA
📱 +966556288679
==================
📅 [ 29/04/1436 H ]

MTDHK 10 | Cara Niat Yang Ikhlas Dalam Beramal

Taushiyah ke 10, Kamis 24 Rabi’ul Awal 1436 / 15 Januari 2015

Seorang hamba yang menginginkan keikhlasan dalam seluruh aktifitasnya hendaklah berniat dalam melaksanakan aktifitasnya dengan niat-niat sebagai berikut:

👉 Hendaklah dalam beramal dilandasi oleh keimanan kepada Allah, dan ini adalah niat yang paling prinsip karena tanpa keimanan semua amalan akan menjadi sia-sia, tidak berarti dan tidak bernilai sedikitpun di sisi Allah.
👉 Berniat cinta Allah.
👉 Berniat mengagungkan dan memuliakan Allah.
👉 Berniat untuk taat dan beribadah kepada Allah.
👉 Berniat mencari ridha Allah.
👉 Berniat mendapatkan kedamaian dan kelezatan bersama Allah ketika berbuat ketaatan dan beribadah kepadaNya.
👉 Berniat mengharapkan kenikmatan dan kelezatan memandang Wajah Allah pada hari kiamat dan ketika di surga.
👉 Berniat agar dijadikan istiqamah.
👉 Berniat agar mati husnul khatimah.
👉 Berniat mencari pahala, ganjaran dan balasan kebaikan dari Allah di dunia dan di akhirat.
👉 Berniat mendapatkan surga.
👉 Berniat takut mati su’ul khatimah.
👉 Berniat takut hukuman, ancaman dan adzab Allah di dunia dan di akhirat.
👉 Berniat takut neraka dan agar dibebaskan dari api neraka.
👉 Dan berbagai macam niat-niat syar’i lainnya.

Berbicara tentang macam-macam niat adalah permasalahan yang sangat luas, adakalanya seseorang berniat yang ini dan adakalanya berniat yang itu. Adakalanya pula seseorang berniat lebih dari satu. Semuanya adalah diperbolehkan. Yang jelas dan pasti adalah bahwasanya inti dan tujuan dari kesemuanya adalah satu, yaitu seorang hamba berniat karena Allah, LILLAAH, dan bukan karena yang lain. Semuanya adalah realisasi dari ikhlas dan para pelakunya berada di atas jalan yang lurus, jalan petunjuk dan kebenaran.

Ada tiga niat, tujuan dan prinsip yang harus selalu menyertai seorang hamba dalam beribadah kepada Allah, yaitu:
1. Hendaklah ibadah didasari oleh cinta kepada Allah disertai pengagungan.
2. Didasari rasa takut.
3. Didasari rasa berharap.

Hendaklah seorang hamba dalam beribadah kepada Allah tidak pernah terlepas dari ketiganya karena inti dan tujuan beribadah berkisar pada ketiga hal tersebut.

Akhukum Fillah
@AbdullahHadrami

🌍📚 WA MTDHK (Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khotimah) kota Malang, Bimbingan Al-Ustadz Abdullah Sholeh Al-Hadromi hafidhahullah 📚🌏

📌 Untuk bergabung WA MTDHK silahkan ketik kata “Gabung” dan kirim WA (bukan SMS) ke nomer +62 838 48104654 atau +62 838 48634832.

Silahkan disebarkan semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah.. Jazakumulloh khoir.

PETUAH AGUNG

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

احب الناس إلى الله أنفعهم للناس

Orang yg paling Allah cintai adalah yg paling bermanfaat utk manusia.

وأحب الأعمال إلى الله عز و جل
سرور يدخله على مسلم

Dan amal yg paling dicintai oleh Allah Azza wa Jalla kegembiraan yg ia masukkan ke hati muslim.
أو يكشف عنه كربة
Atau menghilangkan kesusahannya.
أو يقضى عنه دينا
Atau membayarkan hutangnya.
أو يطرد عنه جوعا
Atau mengusir kelaparannya.

ولأن أمشي مع أخ في حاجة أحب إلي من أن أعتكف في هذا المسجد شهرا
Aku berjalan bersama saudaraku utk kebutuhannya, lebih aku sukai dari pada beri’tikaf di masjid ini selama sebulan.

ومن كف غضبه ستر الله عورته

Siapa yang menahan amarahnya, Allah akan menutupi aibnya.

ومن كظم غيظه ولو شاء أن يمضيه أمضاه ملأ الله قلبه رجاء يوم القيامة
Siapa yg menahan amarahnya padahal ia mampu melaksanakannya, maka Allah akan memenuhi hatinya dgn pengharapan pada hari kiamat.

ومن مشى مع أخيه في حاجة حتى تتهيأ له أثبت الله قدمه يوم تزول الأقدام
Siapa yg berjalan utk memenuhi kebutuhan saudaranya sampai terpenuhi, maka Allah akan kokohkan kakinya di hari kaki-kaki terpeleset (dalam neraka).
وإن سوء الخلق يفسد العمل كما يفسد الخل العسل

Sesungguhnya akhlak yg buruk dapat merusak amal sebagaimana cuka merusak madu.

(HR Ath Thabrani dalam Al Mu’jamul Kabiir dan dihasankan oleh Syaikh Al AlBani dalam silsilah shahihah no 905).

 Ditulis oleh Ustadz Badrusalam, Lc حفظه الله تعالى

  ⌣̊┈»·̵̭̌✽✽·̵̭̌«┈⌣̊ 

KEUTAMAAN PENGHAFAL ALQURAN

1. Derajat di surga tergantung pada hafalan Qur’an

Semakin banyak hafalannya, akan semakin tinggi kedudukan yang didapatkan di surga kelak. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Akan dikatakan kepada shahibul qur’an (di akhirat) : bacalah dan naiklah, bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membaca dengan tartil di dunia. karena kedudukanmu tergantung pada ayat terakhir yang engkau baca” (HR. Abu Daud 2240, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud).

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani menyatakan, “ketahuilah, makna dari shahibul Qur’an adalah orang yang menghafalkannya di hati. berdasarkan sabda nabi Shallallahu’alaihi Wasallam: “Hendaknya yang mengimami sebuah kaum adalah yang paling aqra’ terhadap kitabullah”

maksudnya yang paling hafal. Maka derajat surga yang didapatkan seseorang itu tergantung pada banyak hafalan Al Qur’annya di dunia, bukan pada banyak bacaannya, sebagaimana disangka oleh sebagian orang. Maka di sini kita ketahui keutamaan yang besar bagi pada penghafal Al Qur’an. Namun dengan syarat ia menghafalkan Al Qur’an untuk mengharap wajah Allah tabaaraka wa ta’ala, bukan untuk tujuan dunia atau harta” (Silsilah Ash Shahihah, 5/281).

2. Al Qur’an akan menjadi syafa’at bagi shahibul Qur’an

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Bacalah Al Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai syafa’at bagi shahibul Qur’an” (HR. Muslim 804)

3. Termasuk sebaik-baik manusia

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Al Bukhari 4639).

4. Allah mengangkat derajat shahibul Qur’an di dunia

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mengangkat beberapa kaum dengan Al Qur’an ini dan menghinakan yang lain dengannya” (HR. Muslim 817)

5. Penghafal Al Qur’an lebih diutamakan untuk menjadi imam

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Hendaknya yang mengimami sebuah kaum adalah yang paling aqra’ terhadap kitabullah” (HR. Abu Daud 582, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud)

6. Penghafal Al Qur’an bersama para malaikat

Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Perumpamaan yang membaca Al-Qur’an sementara dia menghafalkannya bersama para Malaikat. Sedangkan perumpamaan yang membaca Al-Qur’an sementara dia menjaganya dengan sungguh-sungguha maka dia mendapatkan dua pahala.” (Bukhari, no. 497)

7. Penghafal Al-Qur’an mudah baginya untuk qiyamul lail, sehingga ia dapat memberikan syafaat di hari kiamat.

Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafaat bagi seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata, ‘Wahai Tuhanku sesungguhnya aku menghalanginya dari makan dan syahwat pada siang hari, maka berikanlah syafaat kepadaku untuknya. Lalu Al-Qur’an berkata, ‘Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menghalanginya dari tidur waktu malam hari, maka berikanlah syafaat kepadaku untuknya. Maka keduanya dapat memberikan syafaat.” (HR. Ahmad, Ath-Thabrani dan Hakim. Dishahihkan oleh Al-Albany dalam Shahih Al-Jami, no. 3882)

Sumber:
http://muslimah.or.id
http://islamqa.info

🌱 KEMULIAAN DITENTUKAN OLEH AMAL KETAKWAAN… BUKAN OLEH ASAL USUL DAN KETURUNAN

Ibnul Qoyyim -rohimahulloh-:

Perkataan Iblis “Saya lebih baik darinya” adalah kedustaan, dan alasannya bahwa dia diciptakan dari api sedang Adam diciptakan dari tanah juga batil.

Karena kelebihan asal-usul penciptaan, tidak otomatis menunjukkan kelebihan hasil yang diciptakan darinya.

Karena Allah bisa saja menciptakan dari unsur yang biasa; makhluk yang lebih mulia dari yang Dia ciptakan dari unsur yang lebih baik, dan ini merupakan kesempurnaan kekuasaan Allah ta’ala.

Lihatlah bagaimana Nabi Muhammad, Ibrohim, Musa, Isa, Nuh, serta para nabi dan rasul lainnya -alaihimus sholatu wasallam- lebih mulia dari para malaikat. Dan madzhab Ahlussunnah; bahwa manusia yang saleh itu lebih mulia dari para malaikat, WALAUPUN asal ciptaan mereka dari cahaya, sedang asal ciptaan manusia dari tanah.

Jadi, kemuliaan bukan karena asal-usul.

Oleh karenanya, para budak dan hamba sahaya yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka lebih baik dan lebih mulia di sisi Allah melebihi orang yang merdeka, meskipun dari keturunan Quraisy dan Bani Hasyim.

Dan alasan Iblis inilah yang akhirnya di warisi oleh para pengikutnya dalam mengedepankan seseorang HANYA karena asal-usul dan nasab, bukan karena keimanan dan ketakwaan. Padahal Allah ta’ala telah mementahkannya dalam firman-Nya:

“Sungguh orang yang paling mulia dari kalian adalah orang yang paling bertakwa”. [Al-Hujurot: 13].

——

Ditambah lagi, alasan Iblis bahwa api lebih baik dari tanah, ini juga batil. Karena sebenarnya tanah lebih baik dari api dari banyak sisi, bahkan Ibnul Qoyyim -rohimahulloh- menyebutkan 13 alasan mengapa tanah lebih baik dari api.

Diantaranya: bahwa api itu tidak mampu berdiri sendiri, dia membutuhkan media yang asalnya dari tanah agar bisa hidup. Adapun tanah, dia mampu berdiri sendiri, dia tidak membutuhkan api untuk bisa hidup.

Diantaranya: Tanah menumbuhkan banyak kebaikan, sedang api malah sering menghancurkan kebaikan-kebaikan itu.

Diantaranya: Tidak seorang pun mampu hidup tanpa tanah dan apa yang dihasilkannya, tapi orang bisa hidup -dalam waktu yang panjang- tanpa api sama sekali. wallohu a’lam.

[Diringkas dari perkataan Ibnul Qoyyim dalam kitab “Mukhtashor Showa’iq Mursalah” 2/377-383].

✏Oleh Ustadz Musyaffa Ad Dariny, Lc, MA حفظه الله تعالى

Merahasiakan Amal Sholeh

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barang siapa diantara kalian yang mampu untuk memiliki amal sholeh yg tersembunyikan maka lakukanlah !” (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no 2313)

Coba kita bersikap jujur dan bertanya pada diri sendiri, “Berapakah amal sholeh kita yg tersembunyi, tdk ada seorangpun yg mengetahuinya, bahkan istri dan anak-anak? Ataukah setiap kali kita beramal sholeh hati dan lidah menjadi gatal ingin segera menceritakannya kepada orang lain?”

Sungguh tidaklah mudah menyembunyikan amalan sholeh, karena sesungguhnya manusia adalah makhluk yg senang utk dipuji dan dihormati. Dengan menampakan kebaikan dan amal sholehnya maka orang-orangpun akan menjadi menghormati, menghargai, dan memujinya.

Faedah menyembunyikan amal sholeh:
* Menyembunyikan amal sholeh lebih menjauhkan seseorang dari penyakit riyaa dan sum’ah

* Amal sholeh yg tersembunyi pahalanya lebih besar daripada amal sholeh yg dinampakan

* Amal sholeh yg tersembunyikan bisa menjadikan seseorang jauh dari penyakit ujub. Karena ia sadar bahwasanya ia telah berusaha menyembunyikan amalan sholehnya sebagaimana ia telah mati-matian berusaha utk menyembunyikan kemaksiatan-kemaksiatan dan keburukannya. Jika orang-orang tdk mengetahui kebaikannya maka sebagaimana mereka tdk mengetahui keburukan-keburukannya.

Karenanya Salamah bin Diinaar berkata:
“Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan keburukan-keburukanmu”

* Amal sholeh yg tersembunyikan melatih seseorang terbiasa hanya mencari muka di hadapan Allah dan tdk memperdulikan komentar manusia, karena yg terpenting adalah penilaian Allah dan bukan penilaian manusia

* Menyembunyikan amal sholeh menjadikan seseorang bahagia, karena meskipun tdk ada orang yg menghormatinya ia akan merasa bahagia karena Penguasa alam semesta ini mengetahui amal sholehnya.

 Ditulis oleh
Ustadz Firanda Andirja, Lc, MA حفظه الله تعالى

  ⌣┈»̶·̵̌✽✽·̵̌«̶┈⌣