ANTUSIAS PARA PENDAHULU DALAM MENUNTUT ILMU

 

Generasi pertama umat ini yang telah mendahului kita dalam ilmu dan amal begitu antusias dan semangat dalam menuntut ilmu dan menghadiri majelis-majelisnya. Demikian pula dengan generasi-generasi setelahnya. Di bawah ini di antara kisah semangat mereka.

■ Mendatangi Ilmu

Adalah Habrul Ummah, Turjumanul Quran, yakni Ibnu Abbas radiyyallahu anhuma, pernah mendatangi pintu-pintu para Sahabat di bawah terik matahari, sekedar untuk bertanya kepada mereka tentang suatu hadis. Mari kita simak penuturan beliau sendiri.

Dari Ibnu Abbas radiyallahu anhuma, ia bercerita mengisahkan perjalanan dirinya dalam menuntut ilmu: “Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam meninggal dunia, aku berkata kepada seorang dari kaum Anshar: “Kemarilah engkau, ayo kita bertanya kepada Sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, mumpung jumlah mereka hari ini masih banyak.”

Ia menjawab: “Engkau ini aneh, wahai Ibnu Abbas, apakah engkau mengira orang-orang akan butuh dengan kamu? Sementara di tengah-tengah mereka masih ada Sahabat dan orang-orang senior lainnya.”

Ibnu Abbas melanjutkan: ” Orang itu pun pergi, lalu aku mulai bertanya tentang hadis kepada para Sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Ketika sampai kepadaku kabar tentang hadis yang ada pada seorang Sahabat, maka aku langsung pergi untuk mendatangi pintu rumahnya. Tatkala itu ia sedang tidur siang, maka akupun berbaring dengan selendangku di depan pintu rumahnya, sampai-sampai debu beterbangan mengenai mukaku. Pada saat keluar ia berkata: “Wahai sepupu Rasulullah, apa yang telah mendorongmu datang kemari, mengapa engkau tidak mengirim utusan agar aku yang datang untuk menemuimu?”

Ibnu Abbas menjawab: “Aku lebih berhak untuk menemuimu. Kemudian akupun bertanya tentang hadis kepadanya.”

Beliau melanjutkan: “Orang dari kaum Anshar itu ternyata masih hidup, hingga akhirnya suatu saat ia melihatku, sementara itu orang-orang berkumpul di sekitarku untuk bertanya kepadaku. Orang Anshar itu berucap: “Pemuda ini ternyata lebih cerdas dari dariku.”

Ibnu Abbas berkata: “Aku mendapati kebanyakan ilmu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berada pada perkampungan ini dari kalangan Anshar. Sungguh, aku dahulu pernah tidur siang di depan pintu rumah seorang dari mereka. Andai saja aku berkehendak, pasti ia sudah mengizinkan diriku untuk masuk, akan tetapi aku melakukan ini agar ia ridha ketika menyampaikan ilmunya.”

■ Sakit Karena Ketinggalan Majelis Ilmu

Bahkan, seorang dari generasi dahulu pernah ada yang ketinggalan majelis ilmu, lalu ia jatuh sakit dan harus istirahat di atas ranjang tidurnya.

Adalah Syu’bah bin al-Hajjaj ia berkata: “Sesungguhnya aku gemar belajar hadis, pernah aku tertinggal dari menghadiri majelis hadis hingga akhirnya akupun jatuh sakit.”

■ Saking Ramainya

Yang lebih menganehkan, di antara mereka ada seorang Syaikh yang meninggal dunia lantaran ramainya orang yang hadir pada majelisnya.

al-Khaththabi bertutur: “Para penuntut ilmu beramai-ramai menghadiri majelis Husyaim, hingga (saking ramainya) ia terjatuh dari keledainya lalu wafat karenanya.”

■ Berlari Menuju Majelis Ilmu

Mereka begitu semangat hingga kalau berjalan begitu cepat, bahkan terkadang berlarian guna menghadiri majlis ilmu tepat waktu.

Syu’bah bin al-Hajjaj berkata: “Tidaklah aku melihat seorang yang berlari melainkan aku berkata, kalau bukan orang gila pasti dia adalah penuntut ilmu.”  Semoga Allah merahmati mereka semua.  

Demikian di antara gambaran semangat mereka dalam menuntut ilmu. Barang siapa yang mengetahui keutamaan ilmu dan kelezatannya, niscaya ia akan senantiasa mengharapkan tambahan dan antusias untuk mendapatkannya. Ia pun bagaikan orang rakus yang tiada pernah kenyang. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

(( مَنْهُوْمَانِ لاَ يَشْبَعَانِ: مَنْهُوْمٌ فِي عِلْمٍ لاَ يَشْبَعُ، وَمَنْهُوْمٌ فِي دُنْياً لاَ يَشْبَعُ )).

“Ada dua golongan orang rakus yang tak pernah kenyang: rakus dengan ilmu, ia tidak pernah kenyang, dan rakus terhadap dunia, iapun tidak pernah kenyang ”. (Sahih riwayat al-Hakim)

Semoga Allah memberikan semangat menimba ilmu yang tinggi kepada kita semuanya. Aamiin

[Hilyah al-‘Aalim al-Mua’llim wa ath-Thaalib al-Muta’allim, Abu Usama al-Hilali]

✅ Bagian Indonesia
🏠 ICC DAMMAM KSA
📱+966556288679
===================
📆 [ 17/04/1436 ]

Kiat Berhenti Dari GHIBAH

Abdullah bin Wahb -rahimahullah- berkata:

جعلت على أن أصوم يوما إن اغتبت أحدا فهان علي الصوم فجعلت على نفسي درهم صدقة فأمسكت .

“Aku pernah mengharuskan puasa sehari pada diriku bila aku menggunjing orang lain. Hanya saja puasa menjadi sesuatu yang mudah bagiku.

Lalu akupun mensyaratkan pada diriku agar bersedekah dengan sekeping dirham (setiap kali menggunjing orang lain). Akhirnya akupun benar-benar berhenti (dari ghibah).”

(Siyarus Salaf: 1134)

Imam Bukhori pernah mengatakan,

قال البخاري: ما اغتبت أحدا قط منذ علمت أن الغيبة حرام، إني لأرجو أن ألقى الله ولا يحاسبني أني اغتبت أحدا.

“Aku tak pernah menggibahi seorangpun sejak aku tahu bahwa ghibah itu haram. Sungguh aku berharap agar saat bertemu Allah nanti Dia tidak menghisabku karena aku pernah mengghibahi orang lain”

(Thabaqaat As Subki: 9/20)

Catatan:

Kedua atsar di atas patut dijadikan bahan renungan, terutama dizaman ini, dimana ghibah telah berubah bak bumbu majelis. Bahkan sebagian orang menjadikannya sebagai profesi dan tontonan yang mengasikkan.

Ingat..!
Pelaku ghibah dan orang yang ikut duduk di majelis ghibah, atau menyaksikan tayangan ghibah melalui televisi sama dalam pandangan syariat, kecuali bila dia mengingkarinya.

Terkadang dalam satu majelis sebagian orang tidak ikut menggibahi orang lain, namun dia ikut tertawa, tersenyum dan lain-lain yang memperlihatkan sikap ridha terhadap perbuatan tersebut, maka diapun mendapat hukuman yang sama.

Bila suasana majelis anda telah berubah menjadi majelis ghibah, maka rubalah dengan lisan, bila tidak maka BERDIRILAH dan TINGGALKAN majelis tersebut, karena yang hadir dalam majelis anda saat itu bukan hanya manusia saja.

Az-Zuhri mengatakan,

إذا طال المجلس كان للشيطان فيه نصيب

“Bila waktu bermajelis mulai panjang, maka syaithan punya bagian dalam majelis tersebut” (Al-Hilyah)

Sekian.

 Ditulis oleh Ustadz Aan Chandra Thalib  حفظه الله تعالى 

  ⌣̊┈»·̵̭̌✽✽·̵̭̌«┈⌣̊